Batakologi…

Bersama lindungi budaya tradisi Batak dengan cara yang tidak tradisional!

Kosmogram Batak 2025 – 2026 Masehi © 2025 by Batakologi is licensed under Creative Commons Attribution-NonCommercial-NoDerivatives 4.0 International. To view a copy of this license, visit Creative Common

Mengapa Batakologi?

Menurut catatan BPS pada tahun 2010, Suku Batak berada pada peringkat ke tiga dengan populasi terbesar. Suku Batak terkonsentrasi di Sumatera Utara terutama di kawasan Danau Toba, dan terbagi ke dalam enam puak, yaitu Toba, Mandailing, Angkola, Pakpak, Simalungun dan Karo. Keenam puak tersebut memiliki ciri khas masing-masing dalam hal tradisi, baik lisan maupun yang tertulis.

Sangat banyak tradisi-tradisi yang diturunkan dari generasi ke generasi seperti poda (petuah-petuah), kuliner, gorga (ornamen), dan lain-lain yang menjadi ciri khas Suku Batak. Seiring berjalannya waktu, warisan-warisan tersebut ada mengalami perubahan yang diakibatkan oleh beberapa hal, seperti pengaruh budaya lain, perkembangan teknologi, distorsi informasi, perubahan pola pikir atau hal-hal yang lain. Salah satu penyebab terjadinya hal-hal tersebut karena warisan-warisan tersebut tidak didokumentasi dengan baik. Apabila hal ini semakin berkelanjutan, klaim budaya akan menjadi ancaman yang serius terhadap warisan leluhur yang sangat tongam ini. Untuk menjaga hal tersebut, diperlukan tindakan proteksi dan konservasi terhadap warisan-warisan leluhur, salah satunya melalui pendataan.

Perpustakaan Digital Budaya Indonesia (PDBI) merupakan sebuah platform komputasional untuk preservasi budaya tradisional secara partisipatif. Batakologi adalah sebuah komunitas yang berafiliasi dengan PDBI berinisiatif untuk mengumpulkan dan mengkaji data kekayaan dan kebudayaan Batak. Situs Batakologi diperuntukkan bagi dan menjadi milik seluruh orang Batak untuk menggali, mengapresiasi dan menjaga ketahanan tradisional Batak secara tidak tradisional (preserving traditional culture untraditionally).

Data yang telah dikumpulkan akan didaftarkan ke World Intellectual Property (WIPO) sebagai perlindungan budaya dari klaim, serta untuk kepentingan penelitian selanjutnya. Selain itu, upaya ini diharapkan dapat mendukung pengembangan ekonomi kreatif Indonesia yang diperkirakan dapat mencapai 300 Triliun Rupiah (hasil simulasi kasar). Selain melibatkan Komunitas di berbagai daerah, Batakologi juga akan mengajak partisipasi secara umum melalui media online serta melalui berbagai kampanye di media.

Pane Na Bolon Sisi A6 (sumber: PDBI)
Tondung Sahala (sumber: PDBI)
Kalender Batak (sumber: PDBI)
Jam Batak (sumber: PDBI)
Kalender Batak (sumber: PDBI)
Singa Batak (sumber: PDBI)

Memberikan kesempatan bagi mereka yang punya ketertarikan terhadap kebudayaan Batak untuk berjejaring dengan kalangan yang sebetulnya sudah dekat dengan budaya tradisi secara keseharian.

VISI

Mendorong pelestarian dan pengembangan budaya Batak, serta pendataan budaya Batak di Indonesia.

MISI

  • Membangun dan mengembangkan Repositori Budaya Batak di Indonesia.
  • Memperkuat perlindungan hukum terhadap budaya tradisi Batak.
  • Mendorong penelitian budaya tradisi Batak.
  • Mempromosikan diversitas budaya tradisi Batak.
  • Mendorong pendidikan budaya tradisi Batak.
  • Mendorong partisipasi dan apresiasi masyarakat kepada budaya tradisi Batak.
Digitalisasi.

Memindahkan lalu menata dokumentasi budaya Batak yang berserakan di dunia maya ke dalam sistem yang sudah dibuat, yaitu budaya-indonesia.org.

Jadi kegiatan utamanya adalah mengumpulkan dan menyusun informasi tersebut secara sesuai. Selain internet, pengumpulan data lain bersumber dari buku-buku ataupun objek budaya Batak yang secara sengaja dikumpulkan. Kegiatan ini membutuhkan persiapan dan fokus yang khusus. Diharapkan kegiatan ini secara signifikan turut melengkapi data-data yang telah ada.

Ekspedisi.

Di beberapa elemen kebudayaan, dibutuhkan aktivitas khusus (minimal berupa kunjungan) untuk mendokumentasi artefak atau elemen budaya Batak di suatu daerah.

Kegiatan kunjungan ekspedisi sendiri sebetulnya bisa bersifat terencana maupun tidak. Seorang yang hobi travel dan bersifat rutin berkesempatan menjadikan perjalanannya juga sebagai ekspedisi. Dalam hal ini, melakukan dokumentasi jika menemukan objek budaya Batak dalam perjalanan yang dilaluinya. Untuk ekspedisi yang terencana, tentu saja rute perjalanan telah dibuat sebaik mungkin. Sedikit mengenai hal-hal yang dapat dilakukan ketika melakukan ekspedisi dapat disimak di sini.

Diskusi.

Sebuah ajang diskusi anak muda tentang budaya Batak dan jejak-jejak sains ilmiah di balik kekayaan budaya tradisi Batak di Nusantara.

Partisipasi generasi milenial atas Perpustakaan Digital Budaya Indonesia, merupakan salah satu peran penting dalam berkontribusi untuk sains dan teknologi! Melestarikan budaya tradisional dengan cara-cara yang tidak tradisional!

— Hokky Situngkir

THE ONLY TIME TO ACT IS NOW​

Mari bayangkan, jika budaya Batak terdigitalisasi dengan baik.

Aspek “pemrosesan (basis) data” telah memungkinkan adanya Perpustakaan Digital Budaya Indonesia. Aspek “komunitas digital” telah memungkinkan interkoneksi semua orang yang kemudian mendukung Perpustakaan Digital Budaya Indonesia.

Sains yang tumbuh dari, mengapresiasi, lalu memperkuat budaya bangsa.

Apa yang kita kenal sebagai “yang tradisional” pelan-pelan dapat terkuak kedalaman dan “kecanggihan”-nya melalui pendalaman kita akan berbagai perangkat analitik yang kita pelajari melalui sains.

Seni Informatika dan Informatika Seni.

Tantangan seni budaya dalam lanskap digital masa depan tercermin dalam bagaimana kita menata budaya sebagai basis data, big data karya seni budaya kita (informatika seni), sekaligus bagaimana kita menata kreasi dan seni informatika, eksplorasi seni budaya kita di ke-maya-an dunia digital yang semakin hari semakin nyata.